Monday, June 20, 2011

Surat Terbuka-Resume Perkuliahan Filsafat Pendidikan Matematika

ANIF ARDHIANSYAH

08301244027

PENDIDIKAN MATEMATIKA


Yogyakarta, 18 Juni 2011


Kepada
Yth Bapak Pengampu Mata Kuliah Filsafat

cc:
1. Rekan-rekan Kelas Pend Matematika Swa 08


Dengan hormat,


Assalamua alaikum. Wr.Wb


Kepada Yth Bapak Pengampu Mata Kuliah Filsafat


Perkenankan, saya nama Anif Ardhiansyah, mahasiswa pada Jurusan Pendidikan Matematika, FMIPA UNY, ingin menyampaikan Surat Terbuka kepada Bapak berkaitan dengan pokok pikiran saya untuk merefleksi perkuliahan filsafat pada satu semester ini sebagai berikut:

Beberapa materi yang telah disampaikan, menurut hemat kami meliputi:

a.landasan filsafat : aksiologi, ontologi, epistimologi

b. aliran-aliran dalam filsafat (pikiran para filsuf)

c. keberanian berpikir kritis

d. penghormatan terhadap ruang dan waktu

e. hakekat filsafat

f. serta penjabaran lain yang sangat memberi pencerahan


Saya menyimpulkan bahwa point-point diatas dapat disusun menjadi lampiran-lampiran berikut :


Berpikir dan Bertindak dalam Filsafat”

Manusia selalu berpikir dan bertindak dengan caranya masing-masing. Berpikir menjadi sangat luas dengan pikiran kita yang tidak tak terbatas. Berpikir dan bertindak dapat dihubungkan oleh abstraksi. Ada dua hal yang menjadi dasar pembahasan dalam tulisan ini, berpikir selaksa mengenai teori dan bertindak selaksa pengalaman. Abstraksi sebaai pengubung pikiran dan tindakan memiliki 2 kategori berdasar tingkat kesadaran yaitu abstraksi sadar dan abstraksi tak sadar. Secara sadar, abstraksi dapat dipelajari namun abstraksi tak sadar muncul dengan sendirinya bergantung pada intuisi subjeknya. Dalam keadaan sadar, pikiran manusia terbagi menjadi sifatkualitatif, kuantitatif, relasi dan kategori. Sifat tersebut berada dalam pikiran dikategorikan sebagai sepatuh dunia. Separuh dunia lain adalah ketika dapat menterjemahkan sifat itu dalam tindakan. Penerjemah itulah abstraksi. Abstraksi dapat menterjemahkan dan diterjemahkan dari atau untuk separuh dunia tersebut agar menjadi utuh. Separuh dunia + separuh dunia menjadi utuh saat pikiran + tindakan menjadi satu gerak langkah. Proses transformasi tersebut tidak akan lepas dari ruang dan waktu.

Dalam ilmu matematika, matematika pun mengenal abstraksi sebagai penhubung antara pikiran dan tindakan, antara yang abstrak dan realistik.Abstraksi yang jelas terlihat adalah dalam geometri, misalkan padasebuah titik atau point. Dalam berpikir filsafat dapat dimaknai bahwa , titiktersebut dapat berada dalam pikiran ataupun di luar pikiran. Hali ini dikarenakan, titik tersebut itu ada dan mungkin ada, dilihat dalam sisi dari ruang danwaktunya. Namun daipada tersebut, posisi titik atau point tersebut menjadi sebuah objek yang ada dan juga yang mungkin ada. Lebih dari itu, titik atau point tersebut dapat simaksnai sebagai kesadaran terhadap adanya ruang dan waktu.Dapat dimaknai lain bahwa titik atau point tersebut dapat mengandung suatu potensi meliputi potensi yang ada dan yang mungkin ada yang dapat mewakili dari segala hal yang ada di dalam ruang dan waktu. Titik atau point juiga dapatmengandung suatu kenyataan yang dapat dilihat dan dimaknai.

Tidak lepas dari makna filsafat mengenai titik atau point. Titik atau pointdapat menjadi objek yang dapat ditransformasikan ke bentuk apapun yang ada dan yang mungkin ada. Mengabstraksi titik atau point dapat dinyatakan menjadi garis, lingkaran, bidang, bahkan ruang dimensi berapapun itu tergatung dari yang ada dan yang mungkin ada namun dengan memperhatikan koridor ruang dan waktunya. Berpikir secara sadar dalam mengabstraksi titik atau point menjadi peningkatan dalam berfilsafat. Mengabsktraksi secara sadar pun harus patuh dalam kaidah besar rang dan waktu yang melekat erat pada pribadi subjek pemikir. Kesadaran mengenai benda dalam pikiran adalah kesadaran akan pemaknaan separuh dunia. Serta separuh dunia yang lain belum pasti adakeberadaannya sebelum ditemukan hal yang ada dalam pikiran tersebut dalamdunia nyata. Dalam matematika, hal tersebut dinamakan logika dimana pikiran selalu bergerak aktif dan akan mencapai dunia yang utuh jika sudah ada pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan dalam dunia pikir dan dunia nyata.

Tindakan dalam filsafat dapat diasumsikan sebagai pengalaman sebagai upaya untuk mencapai separuh dunia yang ada di luar pikiran dalam koridor ruang dan waktu serta dapat menunjukkan bahwa hal yang ada di dalam pikiran merupakan suatu kenyataan.Sehingga dapat dianalisa dalam pikiran terdapatmitos dan logos berdasar asumsi pikiran dan pengalaman dengan mitosdijabarkan sebagai pengalaman-pengalaman dan logos dijabarkan sebagai apa yang ada di dalam pikiran.Diantara mitos dan logor ada hubungan erat yang sangat berkebalikan. Bak bidadari yang turun dari langit dapat dijadikan mitos tanpa ada kepastian logosnya atau penemuan singkat rumus dalam matematika yang hanya logos tanpa ada pengalaman di dalamnya.Kedua hal tersebut sangat tergantung dari ruang dan waktunya.

Selain dalam geometri, penerapan abstraksi juga ada dalam bidang statistika. Dicontohkan bahwa untuk kurva normal. Aplikasi kurva normal bersifatabstrak jika dalam pikiran saja Pemikiran itu dapat diasumsikan sebagai separuh dunia. Untuk menjadikannya utuh satu dunia maka harus dicarika pengalaman atau logos dari mitos kurva normal.Dalam budaya Jawa, ada tradisi atau adat menjadikan hidup harus nyaman, dan kenyamana tersebut didapat saat berkumpul di tengah yaitu berada di daerah rata-rata diartikan oleh orang Jawa sebagai hidup normal. Lalu ekor-ekor kurva normal yang menyempit diartikan sebagai daerah bermasalah, bukan daerah nyaman untuk hidup.Dalam budaya Jawa, daerah bermasalah tersebut misalkan saat memiliki yang masuk kategori bocah sukerto. Hal yang dilakukan untuk mensiasati keadaan bermasalah tersebut adalah dengan melakukan ruwatan atau penyucian untuk menghilangkan “sial” yang bersemayam dalam diri anak tersebut Dapat dimaknai bahwa ruwatan tersebut adalah untuk mentransfer dari hal buruk menjadi hal baikdalam koridor ruang dan waktunya

. Uraian diatas tersebut menjelaskan antara hubungan mitos dan logos yang erat dalam kehidupan manusia seperti yang dicontohkan dalam budaya Jawa tersebut. Sesungguhnya ruwatan adalah penjelasan atau transformasi dari yang belum mengerti menjadi mengertii jika ditinjau dari segi filsafat. Dalam filsafat dunia terbagi menjadi dua bagian yaitu dunia yang ada di dalam pikiran yang bersifat analitik, transenden, logika, apriori, analitik dan lain sebagainya serta separuh dunia lain yang berada di luar pikiran yang bersifat sintetik, realistik, fisik, aposteriori, pengalaman, persepsi dan lain sebagainya.

Selamat mendalami dunia filsafatmu sendiri-sendiri..



MENELISIK DUA SISI FILSAFAT : MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA


Matematika menjadi ilmu yang sangat luas dan mendasar bagi seluruh ilmu pengetahuan, termasuk ilmu filsafat. Filsafat merupakan studi tentang seluruh fenomena kehidupan dan pemikiran manusia secara kritis dan dijabarkan dalam konsep mendasar. Filsafat tidak didalami dengan melakukan eksperimen-eksperimen dan percobaan-percobaan, tetapi dengan mengutarakan masalah secara persis, mencari solusi untuk itu, memberikan argumentasi dan alasan yang tepat untuk solusi tertentu. Filsafat berkembang menjadi filsafat matematika, dan filsafat pendidikan matematika. Matematika berawal dari fenomena alam yang berasal dari pengalaman sehari-hari menuju fenomena matematika untuk mewujudkan suatu noumena. Noumena (menurut Imanuel Kant) adalah sesuatu yang tidak bisa kita pikirkan. Noumena pun terbagi menjadi dua bagian yaitu

  1. suatu hal yang bersifat tetap yang dipaparkan oleh Permenides

Dalam pemikirannya dia menyatakan bahwa realitas merupakan keseluruhan yang tetap dan tidak berubah. Suatu hal yang bersifat tetap memiliki ciri koheren, menggunakan logika, menggunakan hokum identitas, bersifat absolute terhadap ruang dan waktu serta bersifat tunggal.


  1. suatu hal yang bersifat berubah yang dipaparkan oleh Heraklitos

Realitas merupakan keseluruhan yang tetap dan tidak berubah. Hal ini terjadi karena semua hal terikat oleh intuisi ruang dan waktu. Suatu hal yang bersifat berubah memiliki ciri korespondensi, menggunakan pengalaman, menggunakan hukun kontradiksi, bersifat relative terhadap ruang dan waktu serta bersifat plural.



Dalam matematika, fenomena alam berasal dari pengalaman sehari-hari menuju suatu solusi matematika bersifat tetap dan fenomena alam pun menuju suatu ide atau gagasan yang bersifat berubah. Dua hal yang berbeda yang disatukan dalam matematika sesuai ruang dan waktu.

Belajar matematika tidak akan lepas dari belajar filsafat. Dalam mempelajari filsafat, diperlukan penggunaan metode berpikir intensif dan ekstensif. Pengertian berpikir intensif adalah berpikir sedalam-dalamnya dan berpikir ekstensif adalah berpikir seluas-luasnya.Pikiran adalah bangunan pondasi dunia. Adapun syarat membangun dunia adalah memahami ontologi, aksiologi, dan epistimologi baik yang ada maupun yang mungkin ada. Belajar filsafat tidak akan lebas dari belajar pemikiran para filsuf seperti Euclides yang dikenal dengan geometri aksiomatisnya. Menurut Euclides ilmu adalah deduksi. Maka tiadalah ilmu kecuali ditemukan dengan metode deduksi. Lalu pemikiran Brouwer yang dikenal sebagai bapak intuisi. Menurutnya ilmu adalah intuisi. Maka intuisiku adalah ilmuku. Itulah sebenar-benar intuisionisme. Pemikiran selanjutnya adalahHilbert yang merupakan bapak matematika non euclides dengan aliran yang dibawa adalah hilbertianism. Sifat Hilbert antara lain : Formal, Aksiomatic, Pure mathematics. Hilbert berpendapat membangun niat, meletakan definisi dasar, menggunakan aksioma akan menjadikan matematika menjadi lengkap dan konsisten, semua ini merupakan dasar suatu foundamentalism.Tidak selalu pendapat Hilbert dapat diterima, ada penentang Hilbert yaitu Godel, menurut Godel di dunia ini tidak ada yang tunggal dan lengkap, pasti ada salah satu yang tidak terpenuhi.

Dunia pendidikan matematika di Indonesia mendorong untuk perkembangan pendidikan matematika untuk mendidik seseorang agar mampu untuk mempelajari matematika secara utuh. Matematika di Indonesia menganut paham DominasiHilbertianismMathematics_aksiomaticMathematics_logicMathematics_formalMatematika murniMatematika Perguruan Tinggi (PT). Alur tersebut yang memunculkan UN (Ujian Nasional) yang selama ini menjadi perdebatan diantara banyak pihak dan kontroversial.

Ujian Nasional memunculkan alur abstrakide-ideidentitasimpersonal yang berasal dari Absolutis dan Power. Pemikiran tersebut memunculkan revolusi pendidikan yang banyak berkembang dan dikemukakan oleh banyak orang. Salah satu Revolusi pendidikan yang fenomenal yaitu yang dikemukakan oleh Dr. Marsigit dalam elegi yang berjudul “Surat Terbuka untuk Presiden”. Ini semua masih dalam tahap harapan karena ini SURAT TERBUKA UNTUK PRESIDEN hanya sebuah elegi.

Namun SURAT TERBUKA UNTUK PRESIDEN bukan sekedar elegi karena ada pengharapan bahwa perlu diadakan pembenahan sistem pendidikan yang telah berkembang di Indonesia selama ini. Dalam elegi ini dipaparkan tentang 15 pokok persoalan yang ada dalam dunia pendidikan Indonesia,untuk lebih jelas silahkan klik link ini http://powermathematics.blogspot.com/2011/03/surat-terbuka-untuk-presiden.html

Implementasi pembelajaran filsafat matematika dapat dicerna saat mengkaji hakikat bilangan 2.Hakikat yakni ketika menyadari letakkan ruang dan waktu kesadaran manusia. Hakikat bilangan 2 ini hanya dapat dipahami dengan filsafat. Dalam filsafat semua orang dapat mengungkapkan apa itu hakikat bilangan 2. Kebenaran dalam filsafat tidak absolute, tidak ada yang salah dan yang benar dalam mendeskripsikan tentang hakikat bilangan 2. Karena dalam filsafat tidak ada benar dan salah, yang terpenting adalah bagaimana kita dalam menjelaskan. Seperti itulah kinerja filsafat, dengan berfilsafat dapat diungkapkan pendapat secara intensif (sedalam-dalamnya) dan ekstensif (seluas-luasnya) yang relative terhadap ruang dan waktu. Tidak ada kebenaran absolute dala filsafat, sekalipun filsafat matematika, dan filsafat pendidikan matematika.


Senandung Cinta, Kamis Ceria


Sebuah cerita berawal dari kegiatan perkuliahan, nama saya ANIF salah satu mahasiswa jurdik Matematika FMIPA UNY yang semester ini mengambil mata kuliah Filsafat Pendidikan Matematika. Cerita ini terjadi sekitar satu minggu yang lalu, 28 April 2011 dimulai pukul 15.30 WIB. Bermula dari pembukaan kuliah oleh Bapak Marsigit selaku dosen mata kuliah Filsafat Pendidikan Matematika kemudian dilanjutkan dengan pengumpulan tugas minggu lalu. Untuk kuliah kali ini agak berbeda karena pada jam ini hanya diadakan sesi tanya jawab antara mahasiswa dengan dosen. Inilah rekaman kejadiannya :

Mahasiswa : Mohon penjelasan mengenai hubungan fenomena dan filsafat.

Dosen : Ilmu Filsafat merupakan studi tentang seluruh fenomena kehidupan dan pemikiran manusia secara kritis dan dijabarkan dalam konsep mendasar. Fenomena yang ada dalam filsafat bisa berubah, bisa tetap dan bisa berubah serta tetap. Fenomena yang tetap mengikuti tokoh filsafat yaitu Permenides sedangkan fenomena yang berubah mengikuti tokoh filsafat yaitu Herakleitos.

Mahasiswa : Apakah filsafat mengenal benar dan salah?

Dosen : Manusia bisa berpendapat tanpa terkecuali, karena dalam filsafat tidak ada pendapat salah ataupun benar, semua tergantung bagaimana kita bisa menjelaskannya. Dalam elegy “Orang Paling Seksi Di Dunia” setiap orang bebas mendeskripsikan siapakah orang yang paling seksi di dunia ini. Pandangan antara orang satu dengan yang lainnya pastilah berbeda. Menurut saya, orang yang paling seksi adalah orang yang paling mempunyai perhatian, jika dikaitkan dalam bidang politik adalah orang yang mempunyai kekuasaan seperti Presiden Amerika Serikat saat ini. Namun apa pendapat saya, belum tentu menurut yang lain juga sama pendapatnya. Siapakah orang paling seksi di dunai ini adalah tergantung dari sudut pandang mana kita melihatnya.

Mahasiswa : Masih bingung dengan comment surable?

Dosen : Dalam filsafat kita mengenal istilah “ comment surable “ yang artinya mengukur dengan ukuran yang sama atau adil. Maksudnya kita melihat situasi dan kondisi yang ada pada diri kita sebelum bertindak. Jangan melihat diri orang lain karena sesunggguhnya kita berbeda dengan orang lain. Contoh comment surable :

1. Dalam matematika kita menerapkan adanya skala ukur. Untuk menggambar segitiga siku-siku yang diketahui kedua sisi selain sisi miringnya, kita dapat menentukan panjang kedua sisi tersebut dalam bilangan bulat, tetapi kita belum dapat menentukan apakah panjang siis miringnya dapat dinyatakan dalam bilangan bulat juga. Tergantung situasi dan kondisi dari panjang kedua sisi lain selain sisi miring.

2. Semakin bertambah usia tentu semakin banyak pula pengalaman yang kita dapatkan. Seseorang yang berumur 7 tahun tentu memiliki pengalaman hidup lebih sedikit dibandingkan dengan seseorang yang berumur 20 tahun. Jika yang berumur 7 tahun sudah memikirkan selayaknya orang yang berumur 20 tahun, itu dikatakan tidak comment surable atau in comment surable.

Mahasiswa : Apakah pendidikan di Inodesia selalu mengikuti Hilbert?

Dosen : Hilbert adalah bapak matematika non euclides dengan aliran yang dibawa adalah hilbertianism. Banyak cabang matematika yang ditekuni oleh Hilbert, dimana masing-masing mampu menunjukkan kualitasnya sehingga sangat sulit menyebutkan sumbangsih Hilbert secara spesifik. Hilbert telah membangun sistem matematika normal sehingga terlahir struktur matematika. Selain itu Hilbert juga telah membangun matematika modern sehingga terlahir teori invarian, bidang-bidang bilangan aljabarik, analisis fungsional, persamaan-persamaan integral, fisika matematikal dan variasi-variasi kalkulus. Itulah sesungguhnya pengaruh Hilbert terhadap matematika Indonesia yang tentu sudah memberikan banyak kontribusi berarti.

Mahasiswa : Apakah landasan kita berfilsafat?

Dosen : Landasan yang digunakan dalam filsafat adalah ontologi, aksiologi, dan epistimologi. Landasan filsafat dianggap perlu adanya untuk mencapai tujuan filsafat yaitu membangun dunia dan mengetahui kualitas secara bertingkat-tingkat. Belum tentu yang berada pada kualitas 1 itu yang paling baik, karena nomor urutan tidak mempengaruhi kualitasnya, semua itu hanyalah metafisik. Misalnya dalam diri manusia, kualitas 1 adalah wajah, kualitas 2 adalah perasaan , cita-cita, kualitas 3, 4 ,5, dst bisa kita mendeskripsikan sendiri karena kita terbebas oleh ruang dan waktu.

Mahasiswa : Mohon penjelasan mengenai hantu pada RSBI?

Dosen : Di suatu sekolah RSBI ada yang menggunakan tema hantu sebagai latar suasana dalam pembelajaran. Jika dipandang dari segi filsafat, tema hantu yang dipilih tidak ada salahnya karena kita bebas berekspresi. Jika dengan tema hantu itu kita pandang dapat memberikan suasana baru dan memberikan semangat belajar ke dalam diri siswa, mengapa tidak diterapakan? Tetapi sebaliknya jika itu hanya akan menurunkan semangat siswa dalam belajar, lebih baik tidak diterapkan. Misalnya ada yang berpendapat tidak setuju dengan tema hantu di sekolah RSBI, karena jika wadahnya sudah hantu, bagaimana dengan isinya. Menurutnya akan menjadi musibah saja. Tentu pendapat yang disampaikan tidak salah. Bisa juga orang lain berpendapat setuju dengan adanya tema hantu, dan itupun tidak salah. Karena sesungguhnya tidak ada pendapat salah ataupun benar dalam filsafat, semua itu tergantung pada level apa kita memikirkannya.

Mahasiswa : Bagaimana mengetahui sesuatu itu objek filsafat?

Dosen : Dalam belajar filsafat kita harus mengetahui kedudukan filsafat. Kedudukan filsafat meliputi objek filsafat. Ruang lingkup dari objek filsafat mencakup yang ada dan yang mungkin ada. Ada 2 macam objek filsafat yaitu objek formal dan objek material. Objek formal disini digambarkan sebagai suatu wadah dan objek materialnya adalah isi yang ada dalam wadah tersebut. Jika kita mempunyai suatu wadah yang tak kosong sudah barang tentu ada isi di dalamnya. Jadi bisa dikatakan ada objek formal pasti ada objek material dan jika tidak ada objek formal pasti tidak ada pula objek material. Karena objek material tidak bisa berdiri sendiri, tak mungkin ada isi yang tak ada wadahnya. Dalam filsafat pendidikan matematika, filsafat inilah yang berperan sebagai wadahnya dan pendidikan matematika yang berperan sebagai isinya. Keduanya saling terkait satu sama lain. Disisi lain ada juga yang berperan sebagai objek formal sekaligus objek material. Misalnya kita mempunyai botol berisi air yang berada dalam suatu ruangan. Botol di sini berperan ganda, yakni sebagai objek formal sekaligus sebagai objek material. Sebagai objek formal botol merupakan wadah yang menampung air sedangkan sebagai objek material botol merupakan isi dari suatu ruangan. Berarti ada 3 kemungkinan dalam objek filsafat :

1.Berperan sebagai objek formal saja

2. Berperan sebagai objek material saja

3. Berperan sebagai objek formal sekaligus objek material

Mahasiswa : Apakah berfilsafat harus menggunakan referensi?

Dosen : Dalam belajar filsafat kita dituntut untuk berpikir sedalam-dalamnya (berpikir intensif) dan berpikir seluas-luasnya (berpikir ekstensif). Yang menjadi permasalahan adalah apakah kita masih bebas untuk berpikir jika ada referensi ? Kita hidup ada teori , kita hidup ada praktik. Kedua hal tersebut yang selalu melekat dalam hidup kita dan berjalan saling beriringan. Dalam teori kita mengenal referensi dan dalam referensi kita mengenal tesis dan anti tesis. Dalam praktiknya kita akan berpikir dan terus berpikir baik menggunakan referensi ataupun tidak. Referensi memang perlu, karena suatu saat kita pasti membutuhkannnya. Seyogyanya kita masih bebas berpikir meskipun ada referensi, referensi ada bukan untuk megikat pikiran kita, akan tetapi referensi ada sebagai bumbu yang akan melengkapi pemikiran – pemikiran kita.

Mahasiswa : Mohon penjelasan mengenai ruang lingkup filsafat?

Dosen : Ruang lingkup filsafat adalah meliputi yang ada dan yang mungkin ada. Kita sebagai manusia berwujud ada, ada manusia. Itu berarti manusia juga merupakan suatu filsafat. Banyak sekali cakupan dalam filsafat sehingga banyak juga aplikasi yang dapat kita peroleh dari belajar filsafat. Untuk mengetahui apa saja aplikasi yang dapat kita peroleh setelah belajar filsafat, gunakan metode hermenitika yakni menerjemahkan dan diterjemahkan.

Mahasiswa : Bagaimana menjadikan pendidikan Indonesia dapat maju?

Dosen : Pendidikan di Indonesia akan semakin maju jika para generasi penerusnya mampu mengaplikasikan segala ilmu yang telah diperolehnya sehingga mereka menjadi generasi yang cerdas, cerdas intelektulal, cerdas dalam berpikir. Tetapi itu saja masih belum cukup, selain cerdas dalam berpikir mereka dituntuk pula untuk cerdas dalam berakhak. Salah satu cara untuk mewujudkan itu semua adalah dengan pemberian pendidikan karakter di sekolah. Pendidikan karakter sangat bermanfaat bagi pendidikan di Indonesia karena dengan ini karakter peserta didik dapat terbentuk. Dengan karakter yang sudah terbentuk mereka mampu memilah dan memilih mana saja hal baik yang harus dilaksanakan dan hal buruk mana yang harus ditinggalkan. Kecerdasan dalam berpikir yang disatukan kecerdasan moral akan membawa pendidikan Indonesia menuju kemajuan.

Mahasiswa : Apakah karakter dapat membangun bangsa?

Dosen : Saat ini pendidikan di Indonesia sedang dilanda masalah Ujian Nasional atau yang biasa kita kenal dengan UN. UN sebagai penentu kelulusan siswa dirasa kurang konsisten, karena setiap tahunnya diterapkan suatu standar kelulusan yang berbeda-beda. Banyak kecurangan yang terjadi saat UN, misalnya banyak guru yang ikut membantu kelulusan anak didiknya dengan membantu memberikan jawaban. Banyak juga orang yang mencari lahan profesi saat UN, maksudnya misal ada orang yang membocorkan kunci jawaban UN. Dia menjual kunci jawaban UN dengan harga setinggi mungkin. Ada pula yang menyuruh orang untuk mengerjakan soal UN, jawabannya nanti akan disebarluaskan. Orang yang telah mengerjakan soal UN akan diberi bayaran sesuai dengan perjanjian antara kedua belah pihak. Disitulah sisi negatif dari UN. Yang perlu kita pikirkan adalah bagaimana dampak psikologis anak yang mengikut Ujian Nasional? Bukan bagaimana cara meluluskan anak didik kita? Bagaimana karakter bangsa ini akan terbentuk jika yang tua sudah mengajari hal negatif seperti itu. Seharusnya UN mempunyai nilai strategis kesatuan bangsa. Semoga harapan ini akan manjadi kenyataan kedepannya.

Mahasiswa : Mana yang lebuh dulu ada atau yang mungkin ada?

Dosen : Yang ada dan yang mungkin ada adalah objek dari filsafat. Antara keduanya jelas saling terkait. Yang selalu menjadi pertanyaan, manakah yang lebih dahulu muncul, apakah yang ada ataukah yang mungkin ada? Jawabannya : tergantung bagaimana kita memikirkannya dan dari sudut pandang manakah kita melihatnya. Ada berawal dari yang mungkin ada. dari yang mungkin ada bisa menjadi ada jika kita mampu berusaha untuk menjadikan sesuatu yang mungkin ada itu menjadi ada. Itulah hubungan diantara keduanya yang saling terkait satu sama lain. Ada berarti sesuatu yang kita pikirkan memang benar sudah ada dan tidak diragukan lagi keberadaanya. Sedangkan yang mungkin ada masih samar - samar keberadaanya, karena belum tentu yang mungkin ada itu menjadi ada tergantung usaha dari kita.

Tanpa terasa waktu telah menunjukkan pukul 17.10 WIB, akhirnya perkuliahan diakhiri dan mahasiswa kini disibukkan bagaimana membuat postingan blog mengenai perkuliahan hari ini. Terasa berat namun dengan cinta semuanya menjadi dimudahkan, inilah senandung cinta, kamis ceria.


BAHASA YANG MEWARNAI FILSAFAT


Berpikir filsafat memiliki batas pikiran yaitu hati karena pikiran tak mampu menjelaskan yang ada dan yang mungkin ada. Dari tindakan yangdilakukan akan dituangkan dalam wujud sebuah tulisan. Dari tulisan ini akan dimasukan dalam pikiran. Karena keterbatasan pikiran yang tak mampu menampung semua yang dipikirkan, maka harus pasrah dengan doa. Doa ini mampu menjelaskan semuanya, karena doa tak memiliki keterbatasan. Keterbatasan ini kadang disebut mitos, Orang awam menganggap mitos sebagai hal yang berbau mistis dan berkaitan dengan hal yang aneh-aneh, mitos seperti ini disebut sebagai mitos primitif. Contoh mitos primitif: Awas pohon beringin itu banyak penunggunya,yang digunakan agar tidak akan orang yang berani untuk mendekati pohon beringin tersebut. Mitos itu tidak selamanya buruk. Sholat pun bisa dianggap sebagai mitos, dianggap mitos jika kita hanya melakukan sholat sebagai kewajiban saja, tanpa diikuti dengan amalan yang baik dalam kehidupan sehari-hari. Mitos memiliki banyak arti, mitos dalam arti sempit, mitos dalam arti luas dan mitos dalam arti dangkal. Mitos dapat dijelaskan oleh bahasa. Bahasa adalah dunia, rumah sehingga diri ini tidak lain tidak bukan adalah bahasa. Selama ini berfikir filsafat menggunakan bahasa. Orang berfilsafat menggunakan bahasa. Orang menganggap bahasa filsafat terlalu tinggi, maka sekarang ini bahasa filsafat menggunakan bahasa yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari, dalam berfilsafat menggunakan bahasa analog agar lebih dimengerti isinya.

Filsafat mempunyai 3 pilar utama yakni ontologi, epistimologi, dan aksiologi.

1. ontologi (hakaekat) membahas tentang yang ada, yang tidak terikat oleh satu perwujudan tertentu. Ontologi membahas tentang yang ada yang universal, menampilkan pemikiran semesta universal.

2. epistimologi (metode) bersangkutan dengan pertanyaan-pertanyaan tentang pengetahuan. Jika kita mengetahui batas-batas pengetahuan, kita tidak akan mencoba untuk mengetahui hal-hal yang pada akhirnya tidak dapat di ketahui.

3. aksiologi (baik-buruk) ini adalah berusaha menjawab pertanyaan-pertanyaan; untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu itu di pergunakan? Bagaimana kaitan antara cara penggunaan tersebut dengan kaidah-kaidah moral?

Kaitan antara ketiganya adalah sebagai berikut:

a. Ontologi dengan ontologi

mempunyai makna bahwa hakekat atas hakekat itu hanyalah Tuhan YME yang mampu untuk mengetahui makna dari hal tersebut. Sebab hal tersebut merupakan rahasia yang hanya diketahui makna dan maksudnya oleh Tuhan YME

b. Ontologi dari epistimologi

hakekatnya dari suatu metoda yang akan dan telah kita terapkan dalam kehidupan kita. Dimana dalam pelaksanaannya kita hanya mampu untuk memikirkan sejauh pikiran kita untuk memikirkannya.

c. Ontologi dari aksiologi

hakekat dari baik-buruk. Dimana hakekat baik buruk itu merentang dalam ruang dan waktu sejauh kita memikirkannya. Sehingga dengan filsafat, kita akan mampu untuk menterjemahkan segala sesuatu yang ada dan yang mungkin ada dari hakekat baik-buruk kita.

d. Epistimologi dari ontologi

metode (cara) untuk menggali hakekat dan memunculkan hakekat. Sehingga dalam hal ini, kita tau dan akan mampu untuk mengetahuinya selama kita mentaati segala yang ada dan yang mungkin ada,

e. Epistimologi dari epistimologi

metodenya dari metode. Dimana kita akan mampu untuk mengetahui benar salahnya segala metode yang kita lakukan. Sehingga kita akhirnya mampu dan dapat membenahi segala hal yang terkait dengan metode yang kurang sesuai.

f. Epistimologi dari aksiologi

metode dari kebaikan dan keburukan. Dimana untuk mengungkapnya, kita harus mampu melakukan oleh pikir dalam diri kita. Sehingga kita akan mampu menerapkan metode untuk menentukan cara yang dapat kita tempuh dan kita junjung untuk menemukan suatu kebaikan yang abadi.

g. Aksiologi dari ontologi

baik-buruknya hakekat. Dimana dalam berfilsafat, kita harus mampu untuk mejalankan dan melaksanakan tata etika dan estetikannya dalam berfilsafat. Sehingga jikalau kita mampu untuk melakukannya dengan baik, maka kita akan mampu untuk mentaati ruang dan waktu.

h. Aksiologi dari epistimologi

etika dan estetikanya dari metode. Dimana cara yang kita tempuh dan kita lakukan haruslah disesuaikan dengan etika dan estetika yang berlaku di masyarakat.

i. Aksiologi dari ontologi

tata cara baik buruk tentang baik buruk. Maknanya seperti contoh berikut misal, menyampaikan kebaikan dengan menggunakan cara yang baik.



Demikianlah pokok pikiran saya, saya buat dengan tidak mempunyai motif apapun kecuali untuk merefleksikan mata kuliah Filsafat Pendidikan Matematika pada semester 6 ini. Amin


Hormat saya,



Anif Ardhiansyah

NIP:08301244027

Wednesday, May 11, 2011

BAHASA YANG MEWARNAI FILSAFAT

ANIF ARDHIANSYAH

08301244027

PENDIDIKAN MATEMATIKA

Berpikir filsafat memiliki batas pikiran yaitu hati karena pikiran tak mampu menjelaskan yang ada dan yang mungkin ada. Dari tindakan yang dilakukan akan dituangkan dalam wujud sebuah tulisan. Dari tulisan ini akan dimasukan dalam pikiran. Karena keterbatasan pikiran yang tak mampu menampung semua yang dipikirkan, maka harus pasrah dengan doa. Doa ini mampu menjelaskan semuanya, karena doa tak memiliki keterbatasan. Keterbatasan ini kadang disebut mitos, Orang awam menganggap mitos sebagai hal yang berbau mistis dan berkaitan dengan hal yang aneh-aneh, mitos seperti ini disebut sebagai mitos primitif. Contoh mitos primitif: Awas pohon beringin itu banyak penunggunya,yang digunakan agar tidak akan orang yang berani untuk mendekati pohon beringin tersebut. Mitos itu tidak selamanya buruk. Sholat pun bisa dianggap sebagai mitos, dianggap mitos jika kita hanya melakukan sholat sebagai kewajiban saja, tanpa diikuti dengan amalan yang baik dalam kehidupan sehari-hari. Mitos memiliki banyak arti, mitos dalam arti sempit, mitos dalam arti luas dan mitos dalam arti dangkal. Mitos dapat dijelaskan oleh bahasa. Bahasa adalah dunia, rumah sehingga diri ini tidak lain tidak bukan adalah bahasa. Selama ini berfikir filsafat menggunakan bahasa. Orang berfilsafat menggunakan bahasa. Orang menganggap bahasa filsafat terlalu tinggi, maka sekarang ini bahasa filsafat menggunakan bahasa yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari, dalam berfilsafat menggunakan bahasa analog agar lebih dimengerti isinya.

Filsafat mempunyai 3 pilar utama yakni ontologi, epistimologi, dan aksiologi.

1. ontologi (hakaekat) membahas tentang yang ada, yang tidak terikat oleh satu perwujudan tertentu. Ontologi membahas tentang yang ada yang universal, menampilkan pemikiran semesta universal.

2. epistimologi (metode) bersangkutan dengan pertanyaan-pertanyaan tentang pengetahuan. Jika kita mengetahui batas-batas pengetahuan, kita tidak akan mencoba untuk mengetahui hal-hal yang pada akhirnya tidak dapat di ketahui.

3. aksiologi (baik-buruk) ini adalah berusaha menjawab pertanyaan-pertanyaan; untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu itu di pergunakan? Bagaimana kaitan antara cara penggunaan tersebut dengan kaidah-kaidah moral?

Kaitan antara ketiganya adalah sebagai berikut:

a. Ontologi dengan ontologi

mempunyai makna bahwa hakekat atas hakekat itu hanyalah Tuhan YME yang mampu untuk mengetahui makna dari hal tersebut. Sebab hal tersebut merupakan rahasia yang hanya diketahui makna dan maksudnya oleh Tuhan YME

b. Ontologi dari epistimologi

hakekatnya dari suatu metoda yang akan dan telah kita terapkan dalam kehidupan kita. Dimana dalam pelaksanaannya kita hanya mampu untuk memikirkan sejauh pikiran kita untuk memikirkannya.

c. Ontologi dari aksiologi

hakekat dari baik-buruk. Dimana hakekat baik buruk itu merentang dalam ruang dan waktu sejauh kita memikirkannya. Sehingga dengan filsafat, kita akan mampu untuk menterjemahkan segala sesuatu yang ada dan yang mungkin ada dari hakekat baik-buruk kita.

d. Epistimologi dari ontologi

metode (cara) untuk menggali hakekat dan memunculkan hakekat. Sehingga dalam hal ini, kita tau dan akan mampu untuk mengetahuinya selama kita mentaati segala yang ada dan yang mungkin ada,

e. Epistimologi dari epistimologi

metodenya dari metode. Dimana kita akan mampu untuk mengetahui benar salahnya segala metode yang kita lakukan. Sehingga kita akhirnya mampu dan dapat membenahi segala hal yang terkait dengan metode yang kurang sesuai.

f. Epistimologi dari aksiologi

metode dari kebaikan dan keburukan. Dimana untuk mengungkapnya, kita harus mampu melakukan oleh pikir dalam diri kita. Sehingga kita akan mampu menerapkan metode untuk menentukan cara yang dapat kita tempuh dan kita junjung untuk menemukan suatu kebaikan yang abadi.

g. Aksiologi dari ontologi

baik-buruknya hakekat. Dimana dalam berfilsafat, kita harus mampu untuk mejalankan dan melaksanakan tata etika dan estetikannya dalam berfilsafat. Sehingga jikalau kita mampu untuk melakukannya dengan baik, maka kita akan mampu untuk mentaati ruang dan waktu.

h. Aksiologi dari epistimologi

etika dan estetikanya dari metode. Dimana cara yang kita tempuh dan kita lakukan haruslah disesuaikan dengan etika dan estetika yang berlaku di masyarakat.

i. Aksiologi dari ontologi

tata cara baik buruk tentang baik buruk. Maknanya seperti contoh berikut misal, menyampaikan kebaikan dengan menggunakan cara yang baik.

Thursday, May 5, 2011

Senandung Cinta, Kamis Ceria

ANIF ARDHIANSYAH

08301244027

PENDIDIKAN MATEMATIKA

FILSAFAT PENDIDIKAN MATEMATIKA

Sebuah cerita berawal dari kegiatan perkuliahan, nama saya ANIF salah satu mahasiswa jurdik Matematika FMIPA UNY yang semester ini mengambil mata kuliah Filsafat Pendidikan Matematika. Cerita ini terjadi sekitar satu minggu yang lalu, 28 April 2011 dimulai pukul 15.30 WIB. Bermula dari pembukaan kuliah oleh Bapak Marsigit selaku dosen mata kuliah Filsafat Pendidikan Matematika kemudian dilanjutkan dengan pengumpulan tugas minggu lalu. Untuk kuliah kali ini agak berbeda karena pada jam ini hanya diadakan sesi tanya jawab antara mahasiswa dengan dosen. Inilah rekaman kejadiannya :

Mahasiswa : Mohon penjelasan mengenai hubungan fenomena dan filsafat.

Dosen : Ilmu Filsafat merupakan studi tentang seluruh fenomena kehidupan dan pemikiran manusia secara kritis dan dijabarkan dalam konsep mendasar. Fenomena yang ada dalam filsafat bisa berubah, bisa tetap dan bisa berubah serta tetap. Fenomena yang tetap mengikuti tokoh filsafat yaitu Permenides sedangkan fenomena yang berubah mengikuti tokoh filsafat yaitu Herakleitos.

Mahasiswa : Apakah filsafat mengenal benar dan salah?

Dosen : Manusia bisa berpendapat tanpa terkecuali, karena dalam filsafat tidak ada pendapat salah ataupun benar, semua tergantung bagaimana kita bisa menjelaskannya. Dalam elegy “Orang Paling Seksi Di Dunia” setiap orang bebas mendeskripsikan siapakah orang yang paling seksi di dunia ini. Pandangan antara orang satu dengan yang lainnya pastilah berbeda. Menurut saya, orang yang paling seksi adalah orang yang paling mempunyai perhatian, jika dikaitkan dalam bidang politik adalah orang yang mempunyai kekuasaan seperti Presiden Amerika Serikat saat ini. Namun apa pendapat saya, belum tentu menurut yang lain juga sama pendapatnya. Siapakah orang paling seksi di dunai ini adalah tergantung dari sudut pandang mana kita melihatnya.

Mahasiswa : Masih bingung dengan comment surable?

Dosen : Dalam filsafat kita mengenal istilah “ comment surable “ yang artinya mengukur dengan ukuran yang sama atau adil. Maksudnya kita melihat situasi dan kondisi yang ada pada diri kita sebelum bertindak. Jangan melihat diri orang lain karena sesunggguhnya kita berbeda dengan orang lain. Contoh comment surable :

1. Dalam matematika kita menerapkan adanya skala ukur. Untuk menggambar segitiga siku-siku yang diketahui kedua sisi selain sisi miringnya, kita dapat menentukan panjang kedua sisi tersebut dalam bilangan bulat, tetapi kita belum dapat menentukan apakah panjang siis miringnya dapat dinyatakan dalam bilangan bulat juga. Tergantung situasi dan kondisi dari panjang kedua sisi lain selain sisi miring.

2. Semakin bertambah usia tentu semakin banyak pula pengalaman yang kita dapatkan. Seseorang yang berumur 7 tahun tentu memiliki pengalaman hidup lebih sedikit dibandingkan dengan seseorang yang berumur 20 tahun. Jika yang berumur 7 tahun sudah memikirkan selayaknya orang yang berumur 20 tahun, itu dikatakan tidak comment surable atau in comment surable.

Mahasiswa : Apakah pendidikan di Inodesia selalu mengikuti Hilbert?

Dosen : Hilbert adalah bapak matematika non euclides dengan aliran yang dibawa adalah hilbertianism. Banyak cabang matematika yang ditekuni oleh Hilbert, dimana masing-masing mampu menunjukkan kualitasnya sehingga sangat sulit menyebutkan sumbangsih Hilbert secara spesifik. Hilbert telah membangun sistem matematika normal sehingga terlahir struktur matematika. Selain itu Hilbert juga telah membangun matematika modern sehingga terlahir teori invarian, bidang-bidang bilangan aljabarik, analisis fungsional, persamaan-persamaan integral, fisika matematikal dan variasi-variasi kalkulus. Itulah sesungguhnya pengaruh Hilbert terhadap matematika Indonesia yang tentu sudah memberikan banyak kontribusi berarti.

Mahasiswa : Apakah landasan kita berfilsafat?

Dosen : Landasan yang digunakan dalam filsafat adalah ontologi, aksiologi, dan epistimologi. Landasan filsafat dianggap perlu adanya untuk mencapai tujuan filsafat yaitu membangun dunia dan mengetahui kualitas secara bertingkat-tingkat. Belum tentu yang berada pada kualitas 1 itu yang paling baik, karena nomor urutan tidak mempengaruhi kualitasnya, semua itu hanyalah metafisik. Misalnya dalam diri manusia, kualitas 1 adalah wajah, kualitas 2 adalah perasaan , cita-cita, kualitas 3, 4 ,5, dst bisa kita mendeskripsikan sendiri karena kita terbebas oleh ruang dan waktu.

Mahasiswa : Mohon penjelasan mengenai hantu pada RSBI?

Dosen : Di suatu sekolah RSBI ada yang menggunakan tema hantu sebagai latar suasana dalam pembelajaran. Jika dipandang dari segi filsafat, tema hantu yang dipilih tidak ada salahnya karena kita bebas berekspresi. Jika dengan tema hantu itu kita pandang dapat memberikan suasana baru dan memberikan semangat belajar ke dalam diri siswa, mengapa tidak diterapakan? Tetapi sebaliknya jika itu hanya akan menurunkan semangat siswa dalam belajar, lebih baik tidak diterapkan. Misalnya ada yang berpendapat tidak setuju dengan tema hantu di sekolah RSBI, karena jika wadahnya sudah hantu, bagaimana dengan isinya. Menurutnya akan menjadi musibah saja. Tentu pendapat yang disampaikan tidak salah. Bisa juga orang lain berpendapat setuju dengan adanya tema hantu, dan itupun tidak salah. Karena sesungguhnya tidak ada pendapat salah ataupun benar dalam filsafat, semua itu tergantung pada level apa kita memikirkannya.

Mahasiswa : Bagaimana mengetahui sesuatu itu objek filsafat?

Dosen : Dalam belajar filsafat kita harus mengetahui kedudukan filsafat. Kedudukan filsafat meliputi objek filsafat. Ruang lingkup dari objek filsafat mencakup yang ada dan yang mungkin ada. Ada 2 macam objek filsafat yaitu objek formal dan objek material. Objek formal disini digambarkan sebagai suatu wadah dan objek materialnya adalah isi yang ada dalam wadah tersebut. Jika kita mempunyai suatu wadah yang tak kosong sudah barang tentu ada isi di dalamnya. Jadi bisa dikatakan ada objek formal pasti ada objek material dan jika tidak ada objek formal pasti tidak ada pula objek material. Karena objek material tidak bisa berdiri sendiri, tak mungkin ada isi yang tak ada wadahnya. Dalam filsafat pendidikan matematika, filsafat inilah yang berperan sebagai wadahnya dan pendidikan matematika yang berperan sebagai isinya. Keduanya saling terkait satu sama lain. Disisi lain ada juga yang berperan sebagai objek formal sekaligus objek material. Misalnya kita mempunyai botol berisi air yang berada dalam suatu ruangan. Botol di sini berperan ganda, yakni sebagai objek formal sekaligus sebagai objek material. Sebagai objek formal botol merupakan wadah yang menampung air sedangkan sebagai objek material botol merupakan isi dari suatu ruangan. Berarti ada 3 kemungkinan dalam objek filsafat :

1.Berperan sebagai objek formal saja

2. Berperan sebagai objek material saja

3. Berperan sebagai objek formal sekaligus objek material

Mahasiswa : Apakah berfilsafat harus menggunakan referensi?

Dosen : Dalam belajar filsafat kita dituntut untuk berpikir sedalam-dalamnya (berpikir intensif) dan berpikir seluas-luasnya (berpikir ekstensif). Yang menjadi permasalahan adalah apakah kita masih bebas untuk berpikir jika ada referensi ? Kita hidup ada teori , kita hidup ada praktik. Kedua hal tersebut yang selalu melekat dalam hidup kita dan berjalan saling beriringan. Dalam teori kita mengenal referensi dan dalam referensi kita mengenal tesis dan anti tesis. Dalam praktiknya kita akan berpikir dan terus berpikir baik menggunakan referensi ataupun tidak. Referensi memang perlu, karena suatu saat kita pasti membutuhkannnya. Seyogyanya kita masih bebas berpikir meskipun ada referensi, referensi ada bukan untuk megikat pikiran kita, akan tetapi referensi ada sebagai bumbu yang akan melengkapi pemikiran – pemikiran kita.

Mahasiswa : Mohon penjelasan mengenai ruang lingkup filsafat?

Dosen : Ruang lingkup filsafat adalah meliputi yang ada dan yang mungkin ada. Kita sebagai manusia berwujud ada, ada manusia. Itu berarti manusia juga merupakan suatu filsafat. Banyak sekali cakupan dalam filsafat sehingga banyak juga aplikasi yang dapat kita peroleh dari belajar filsafat. Untuk mengetahui apa saja aplikasi yang dapat kita peroleh setelah belajar filsafat, gunakan metode hermenitika yakni menerjemahkan dan diterjemahkan.

Mahasiswa : Bagaimana menjadikan pendidikan Indonesia dapat maju?

Dosen : Pendidikan di Indonesia akan semakin maju jika para generasi penerusnya mampu mengaplikasikan segala ilmu yang telah diperolehnya sehingga mereka menjadi generasi yang cerdas, cerdas intelektulal, cerdas dalam berpikir. Tetapi itu saja masih belum cukup, selain cerdas dalam berpikir mereka dituntuk pula untuk cerdas dalam berakhak. Salah satu cara untuk mewujudkan itu semua adalah dengan pemberian pendidikan karakter di sekolah. Pendidikan karakter sangat bermanfaat bagi pendidikan di Indonesia karena dengan ini karakter peserta didik dapat terbentuk. Dengan karakter yang sudah terbentuk mereka mampu memilah dan memilih mana saja hal baik yang harus dilaksanakan dan hal buruk mana yang harus ditinggalkan. Kecerdasan dalam berpikir yang disatukan kecerdasan moral akan membawa pendidikan Indonesia menuju kemajuan.

Mahasiswa : Apakah karakter dapat membangun bangsa?

Dosen : Saat ini pendidikan di Indonesia sedang dilanda masalah Ujian Nasional atau yang biasa kita kenal dengan UN. UN sebagai penentu kelulusan siswa dirasa kurang konsisten, karena setiap tahunnya diterapkan suatu standar kelulusan yang berbeda-beda. Banyak kecurangan yang terjadi saat UN, misalnya banyak guru yang ikut membantu kelulusan anak didiknya dengan membantu memberikan jawaban. Banyak juga orang yang mencari lahan profesi saat UN, maksudnya misal ada orang yang membocorkan kunci jawaban UN. Dia menjual kunci jawaban UN dengan harga setinggi mungkin. Ada pula yang menyuruh orang untuk mengerjakan soal UN, jawabannya nanti akan disebarluaskan. Orang yang telah mengerjakan soal UN akan diberi bayaran sesuai dengan perjanjian antara kedua belah pihak. Disitulah sisi negatif dari UN. Yang perlu kita pikirkan adalah bagaimana dampak psikologis anak yang mengikut Ujian Nasional? Bukan bagaimana cara meluluskan anak didik kita? Bagaimana karakter bangsa ini akan terbentuk jika yang tua sudah mengajari hal negatif seperti itu. Seharusnya UN mempunyai nilai strategis kesatuan bangsa. Semoga harapan ini akan manjadi kenyataan kedepannya.

Mahasiswa : Mana yang lebuh dulu ada atau yang mungkin ada?

Dosen : Yang ada dan yang mungkin ada adalah objek dari filsafat. Antara keduanya jelas saling terkait. Yang selalu menjadi pertanyaan, manakah yang lebih dahulu muncul, apakah yang ada ataukah yang mungkin ada? Jawabannya : tergantung bagaimana kita memikirkannya dan dari sudut pandang manakah kita melihatnya. Ada berawal dari yang mungkin ada. dari yang mungkin ada bisa menjadi ada jika kita mampu berusaha untuk menjadikan sesuatu yang mungkin ada itu menjadi ada. Itulah hubungan diantara keduanya yang saling terkait satu sama lain. Ada berarti sesuatu yang kita pikirkan memang benar sudah ada dan tidak diragukan lagi keberadaanya. Sedangkan yang mungkin ada masih samar - samar keberadaanya, karena belum tentu yang mungkin ada itu menjadi ada tergantung usaha dari kita.

Tanpa terasa waktu telah menunjukkan pukul 17.10 WIB, akhirnya perkuliahan diakhiri dan mahasiswa kini disibukkan bagaimana membuat postingan blog mengenai perkuliahan hari ini. Terasa berat namun dengan cinta semuanya menjadi dimudahkan, inilah senandung cinta, kamis ceria.