Wednesday, April 27, 2011

MENELISIK DUA SISI FILSAFAT : MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

ANIF ARDHIANSYAH

08301244027

PENDIDIKAN MATEMATIKA

Matematika menjadi ilmu yang sangat luas dan mendasar bagi seluruh ilmu pengetahuan, termasuk ilmu filsafat. Filsafat merupakan studi tentang seluruh fenomena kehidupan dan pemikiran manusia secara kritis dan dijabarkan dalam konsep mendasar. Filsafat tidak didalami dengan melakukan eksperimen-eksperimen dan percobaan-percobaan, tetapi dengan mengutarakan masalah secara persis, mencari solusi untuk itu, memberikan argumentasi dan alasan yang tepat untuk solusi tertentu. Filsafat berkembang menjadi filsafat matematika, dan filsafat pendidikan matematika. Matematika berawal dari fenomena alam yang berasal dari pengalaman sehari-hari menuju fenomena matematika untuk mewujudkan suatu noumena. Noumena (menurut Imanuel Kant) adalah sesuatu yang tidak bisa kita pikirkan. Noumena pun terbagi menjadi dua bagian yaitu

  1. suatu hal yang bersifat tetap yang dipaparkan oleh Permenides

Dalam pemikirannya dia menyatakan bahwa realitas merupakan keseluruhan yang tetap dan tidak berubah. Suatu hal yang bersifat tetap memiliki ciri koheren, menggunakan logika, menggunakan hokum identitas, bersifat absolute terhadap ruang dan waktu serta bersifat tunggal.


  1. suatu hal yang bersifat berubah yang dipaparkan oleh Heraklitos

Realitas merupakan keseluruhan yang tetap dan tidak berubah. Hal ini terjadi karena semua hal terikat oleh intuisi ruang dan waktu. Suatu hal yang bersifat berubah memiliki ciri korespondensi, menggunakan pengalaman, menggunakan hukun kontradiksi, bersifat relative terhadap ruang dan waktu serta bersifat plural.



Dalam matematika, fenomena alam berasal dari pengalaman sehari-hari menuju suatu solusi matematika bersifat tetap dan fenomena alam pun menuju suatu ide atau gagasan yang bersifat berubah. Dua hal yang berbeda yang disatukan dalam matematika sesuai ruang dan waktu.

Belajar matematika tidak akan lepas dari belajar filsafat. Dalam mempelajari filsafat, diperlukan penggunaan metode berpikir intensif dan ekstensif. Pengertian berpikir intensif adalah berpikir sedalam-dalamnya dan berpikir ekstensif adalah berpikir seluas-luasnya.Pikiran adalah bangunan pondasi dunia. Adapun syarat membangun dunia adalah memahami ontologi, aksiologi, dan epistimologi baik yang ada maupun yang mungkin ada. Belajar filsafat tidak akan lebas dari belajar pemikiran para filsuf seperti Euclides yang dikenal dengan geometri aksiomatisnya. Menurut Euclides ilmu adalah deduksi. Maka tiadalah ilmu kecuali ditemukan dengan metode deduksi. Lalu pemikiran Brouwer yang dikenal sebagai bapak intuisi. Menurutnya ilmu adalah intuisi. Maka intuisiku adalah ilmuku. Itulah sebenar-benar intuisionisme. Pemikiran selanjutnya adalah Hilbert yang merupakan bapak matematika non euclides dengan aliran yang dibawa adalah hilbertianism. Sifat Hilbert antara lain : Formal, Aksiomatic, Pure mathematics. Hilbert berpendapat membangun niat, meletakan definisi dasar, menggunakan aksioma akan menjadikan matematika menjadi lengkap dan konsisten, semua ini merupakan dasar suatu foundamentalism.Tidak selalu pendapat Hilbert dapat diterima, ada penentang Hilbert yaitu Godel, menurut Godel di dunia ini tidak ada yang tunggal dan lengkap, pasti ada salah satu yang tidak terpenuhi.

Dunia pendidikan matematika di Indonesia mendorong untuk perkembangan pendidikan matematika untuk mendidik seseorang agar mampu untuk mempelajari matematika secara utuh. Matematika di Indonesia menganut paham DominasiHilbertianismMathematics_aksiomaticMathematics_logicMathematics_formalMatematika murniMatematika Perguruan Tinggi (PT). Alur tersebut yang memunculkan UN (Ujian Nasional) yang selama ini menjadi perdebatan diantara banyak pihak dan kontroversial.

Ujian Nasional memunculkan alur abstrakide-ideidentitas impersonal yang berasal dari Absolutis dan Power. Pemikiran tersebut memunculkan revolusi pendidikan yang banyak berkembang dan dikemukakan oleh banyak orang. Salah satu Revolusi pendidikan yang fenomenal yaitu yang dikemukakan oleh Dr. Marsigit dalam elegi yang berjudul “Surat Terbuka untuk Presiden”. Ini semua masih dalam tahap harapan karena ini SURAT TERBUKA UNTUK PRESIDEN hanya sebuah elegi.

Namun SURAT TERBUKA UNTUK PRESIDEN bukan sekedar elegi karena ada pengharapan bahwa perlu diadakan pembenahan sistem pendidikan yang telah berkembang di Indonesia selama ini. Dalam elegi ini dipaparkan tentang 15 pokok persoalan yang ada dalam dunia pendidikan Indonesia,untuk lebih jelas silahkan klik link ini http://powermathematics.blogspot.com/2011/03/surat-terbuka-untuk-presiden.html

Implementasi pembelajaran filsafat matematika dapat dicerna saat mengkaji hakikat bilangan 2.Hakikat yakni ketika menyadari letakkan ruang dan waktu kesadaran manusia. Hakikat bilangan 2 ini hanya dapat dipahami dengan filsafat. Dalam filsafat semua orang dapat mengungkapkan apa itu hakikat bilangan 2. Kebenaran dalam filsafat tidak absolute, tidak ada yang salah dan yang benar dalam mendeskripsikan tentang hakikat bilangan 2. Karena dalam filsafat tidak ada benar dan salah, yang terpenting adalah bagaimana kita dalam menjelaskan. Seperti itulah kinerja filsafat, dengan berfilsafat dapat diungkapkan pendapat secara intensif (sedalam-dalamnya) dan ekstensif (seluas-luasnya) yang relative terhadap ruang dan waktu. Tidak ada kebenaran absolute dala filsafat, sekalipun filsafat matematika, dan filsafat pendidikan matematika.


No comments:

Post a Comment